Aku harus mengakhiri ini semua sekarang. Setelah aku
tau banyak kepahitan-kepahitan yang dulu terasa sangat manis. Maaf kalau aku
masih menyangkutkan dulu dengan sekarang. Karena semua ini sangat jauh berbeda.
Tapi untuk kamu semuanya sama kan. Kamu bilang hanya menganggap aku sebagai
teman, nggak lebih. Aku pikir kata-katamu itu hanya untuk sekarang, setelah
kita bukan lagi pasangan. Kau bilang, itu perasaan dari dulu hingga sekarang. Meneteslah
lagi butiran bening itu, padahal aku sudah bertekad tak akan mengeluarkan itu
lagi untuk orang yang sama sejak bulan-bulan ini.
Aku kecewa berlebihan. Kamu bilang kita teman, bukan
sahabat. Kamu pasti tau apa beda teman dengan sahabat. Jadi sepertinya salah
besar, menganggap aku memiliki 3 sahabat lelaki yang selalu ada. Aku dapat info
besok kamu akan pergi ke Surabaya. Padahal seharian kamu kontak denganku, aku
hanya tau kamu sakit karena kecapekan, dan aku yang nggak capek buat selalu
ngedoain kamu cepat sembuh. Kalau sahabat, pasti berbagi saat
suka duka kan? Aku sadari kamu udah nggak pernah curhat ke aku lagi. Benar,
kamu gak nganggep aku sahabat. Maafkan aku lagi-lagi membahas masa persahabatan
yang berujung cinta palsu itu. Kamu bercerita bukan lagi padaku yang selalu
siap mendengar, tapi kamu bercerita ke orang yang kamu janji tak akan menjadi
setelahku. Aku ingat sekali, karena dia memang pernah menyukaimu sama seperti
aku, dan sahabatku. Tapi nyatanya apa? Aku harus siap melihat dia suatu nanti
di bio twittermu. Insting wanita jarang salah. Bukan salah, tapi belum
waktunya.
Aku heran selama 4 bulan kamu sukses menjadi actor penuh
kepalsuan. Bodohnya, aku begitu terlena denganmu. Terlena dengan banyak
pengorbanan yang kau lakukan dulu. Uhm, maaf masa lalu masih menyangkut di
ingatanku.
Setiap 5 waktu aku hanya minta kekuatan lebih dari
tuhanku. Aku hanya minta segeralah badai ini berlalu, dan timpakan aku musim
salju yang dingin. Menghapus cinta memang tak pernah mudah, siapa bilang aku
hanya mencintainya 4 bulan saja. 3 tahun lalu, aku juga menyayanginya. Walaupun
pasang surut, aku lebih memilih tetap mencintaimu terus menerus, dibanding aku
dapat cerita cinta penuh kepalsuan. Kamu kira hatiku sekuat apa jika kau serang
dengan peluru tak pernah lelah? Bahkan membencimu pun tidak. Aku jadi heran,
hatiku ini apa belum pernah di sekolahkan sampai sebodoh ini. atau hatiku ini
mengapa tetap putih diatas noda yang kamu cipratkan? Ketulusan memang anugerah
dari Tuhan. Jika ketulusan itu tak pernah disalah artikan.
Jangan kira aku tak mencoba menjauhimu. Jangan kira aku
sekuat luarku. Apa kamu pernah tahu seberapa sering mataku cekung di malam
hari? Tentu saja tidak. Kau tak pernah bertemu ataupun menemuiku lagi.
Sekarang yang jadi masalah, 10 hari lagi ulangtahunmu. Aku
ingat kamu punya janji untuk mentraktirku nonton. Tapi semua itu kupikir
matang-matang lagi setelah kau berkilah seakan tak mau nonton denganku. Niatku hanya
untuk memberikan hari terindah di ulangtahunmu sama seperti yang kamu lakukan
dulu. Padahal itu janjimu, kau masih mendustainya lagi. Jadi apa aku masih
pantas memberimu kado? Aku takut kado itu hanya berteman angina. Aku takut kado
itu hanya sebagai accepting atas rasa
kasihanmu padaku. Tapi aku ingin memberikan 1 kenangan lagi, selain gantungan
kunci jogja dan buku diaryku. Terserah sih kamu mau anggap aku pengemis cinta
macam apa. Sampah masyarakat mungkin. Jika terlambat, tapi semoga kamu masih
menyadari. Aku, tolol, egois dan menyebalkan mencintaimu tanpa noda. Mungkin
saat kamu membacanya , aku sudah bisa berdiri kokoh. Mohon jangan usik aku
lagi, jika aku sudah menemukan cara yang indah untuk meninggalkan peluka
hidupku J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar